Sepele Tapi Dampaknya Bertele-Tele! Ini Fakta-Fakta Seputar Jejak Karbon Yang Perlu Kamu Ketahui - Erida Pratiwik - Artikel

Administrator
0 Comments
2023-07-06

Tahukah kamu, ditahun 2015 lalu, setidaknya sebanyak 55 negara berkumpul di Paris untuk mengadakan pembahasan serius mengenai pemanasan global. Pertemuan bertajuk Paris Agreement ini dihadiri oleh negara-negara yang menyumbang setidaknya 55% emisi yang dilepas dari bumi ke atmosfer. Hasil Paris Agreement menyepakati bahwa batas tertinggi rata-rata peningkatan suhu bumi adalah 1,5 derajat Celsius.


Pemanasan global menjadi isu yang terus digembar-gemborkan oleh segala lini karena memiliki akibat fatal bagi keberlangsungan bumi. Jika panas bumi terus meningkat, maka perubahan iklim menjadi semakin tidak terkendali. Pemanasan global tersebut disebabkan oleh tingginya emisi karbon atau gas rumah kaca.


Ternyata, aktivitas yang kita lakukan sehari-hari dapat memicu peningkatan pemanasan global, lho. Meski terdengar sepele, namun ini adalah fakta. Akumulasi emisi karbon yang terbentuk dari aktivitas sehari-hari baik dari individu, rumah tangga, maupun organisasi (termasuk industri) dikenal dengan istilah jejak karbon.

Gambar: Seputar Jejak Karbon

Sumber: The Coversation

 

Aktivitas seperti berkendara, memasak, mandi, menggunakan barang elektronik, bahkan sekedar makan saja, ternyata bisa memicu peningkatan jejak karbon. Institute for Essential Service Reform (IESR) melaporkan bahwa, pada tahun 2021, sektor rumah tangga di Indonesia menyumbang 3,8% karbon CO2 langsung, serta 20,7% karbon CO2 tidak langsung, jumlah emisi yang dihasilkan mencapai 0,58 ton CO2/kapita. Pada era yang serba canggih ini, kita dapat menghitung bahkan menganalisis jejak karbon yang kita hasilkan sehari-hari hanya dengan sentuhan jari, yaitu melalui kalkulator karbon. Berbagai platform sudah banyak yang menyediakan fitur kalkulator karbon, salah satunya milik jejakkarbonku.id. Melalui kalkulator karbon, kita dapat mengetahui aktivitas apa saja yang menghasilkan karbon paling besar, sehingga kita bisa lebih cermat dalam menjalani kegiatan sehari-hari agar tidak memberikan dampak buruk terhadap lingkungan.


Laporan dari The International Energy Agency (IEA) menyatakan bahwa tahun 2022 tingkat emisi karbon mencapai puncak tertingginya sejak tahun 1900. Penyebab utama naiknya emisi karbon tersebut bersumber dari penggunaan energi fosil. Dicatatkan bahwa sektor energi menyumbang emisi karbon mencapai 36,8 giga ton atau tumbuh 0,9% dibanding tahun sebelumnya.


Belakangan ini efek emisi karbon semakin terlihat nyata. Peningkatan suhu bumi menjadi salah satu yang paling diantisipasi. Namun data dari National Aeronautics and Space Administration (NASA) menunjukkan bahwa di tahun 2022 peningkatan suhu permukaan bumi telah mencapai 0,89 derajat Celsius dibandingkan tahun 1951 – 1980. Selain itu, suhu planet bumi secara keseluruhan telah meningkat sekitar 1,11 derajat Celsius.

Jika kondisi tersebut terus dibiarkan, maka perubahan iklim akan semakin agresif dan menimbulkan dampak negatif yang semakin sulit diatasi. Maka dari itu, peran serta dari seluruh elemen masyarakat amat diperlukan.


Mulai dari diri sendiri, beberapa tips-tips ini cukup efektif untuk mewujudkan pengurangan emisi.


1.       Kenali sumber jejak karbon

Meski jejak karbon telah banyak dibahas dalam berbagai pertemuan, namun masih banyak masyarakat yang belum menyadari sumber-sumber dari jejak karbon. Pemanfaatan kalkulator karbon akan menuntut pengguna untuk mengisi data-data yang berhubungan dengan aktivitas penyebab jejak karbon. Selain itu, sebagai individu yang paham mengenai jejak karbon, kita juga harus pro aktif menyebarkan informasi mengenai jejak karbon kepada keluarga maupun rekan-rekan terdekat. Berbagai campaign di sosial media juga dapat diupayakan, terutama untuk kamu yang berprofesi sebagai content creator.


2.       Kendalikan gaya hidup

Jika kamu perhatikan informasi mengenai jejak karbon dari berbagai sumber, setidaknya ada 3 penyebab utama dari munculnya jejak karbon, yaitu transportasi, makanan, dan penggunaan listrik. Menerapkan gaya hidup tidak malas berjalan kaki atau gemar menggunakan kendaraan umum akan sangat membantu dalam pengurangan emisi. Selain itu, menerapkan pola menu makanan seimbang juga berpotensi mengurangi emisi karbon, mengingat terdapat makanan-makanan tertentu yang menghasilkan gas karbon dalam jumlah besar ketika membusuk, misalnya daging. Tidak melepas charger ketika selesai digunakan menjadi salah satu penyebab sepele namun dampaknya bisa bertele-tele, loh untuk peningkatan emisi. Menggunakan air dalam jumlah yang tidak seharusnya (lebih tinggi) juga meningkatkan emisi karbon. Mulai sekarang hindari kebiasaan-kebiasaan tersebut, yah!. Kalau perlu, budayakan juga menanam pohon, agar jumlah oksigen bisa lebih tinggi dibanding karbon. Gerakan 1 tahun 1 pohon saja, bisa sangat membantu jika dilakukan oleh lebih dari 7 milyar penduduk di bumi ini secara serentak.

Gambar: Gaya hidup rendah karbon

Sumber: iStock

 

3.       Kendalikan alokasi keuangan

Nah, pengelolaan keuangan juga bisa untuk mengurangi pengurangan emisi nih, sob!. Dengan berpartisipasi dalam instrumen keuangan hijau artinya kita mendukung gerakan penyelamatan bumi. Meski industry sangat rentan dengan emisi karbon, namun berbagai inovasi telah dikaji sehingga asap sisa aktivitas produksi dapat diminimalisir dampak negatifnya. Selain itu, belakangan ini proyek-proyek yang mengusung tema “energi hijau” juga telah gencar dirilis, kok. Jadi, jangan takut rugi meski uangmu digunakan untuk investasi hijau, ya.

Gambar: Investasi hijau

Sumber: KEHATI

 

4.       Terbuka dengan perkembangan inovasi hijau

Selama ini masyarakat hanya mengetahui inovasi hijau dalam bentuk energi terbarukan. Padahal ada banyak inovasi lain yang telah diluncurkan selain dalam bentuk energi, misalnya Mikroalga, Smart Home, dan Pohon Sintesis. Inovasi-inovasi tersebut memungkinkan pengurangan emisi berkali-kali lipat dibanding dengan upaya yang dilakukan secara konvensional.


5.       Jangan mudah terbawa arus perkembangan teknologi

Berikutnya yang paling rentan tidak disadari adalah terbawa arus teknologi. Meski pada masa pandemi Covid-19 kemarin aktivitas operasional industri telah mengalami banyak perubahan, namun teknologi digital mengalami eskalasi yang luar biasa. Faktanya, penggunaan teknologi videoconference seperti Zoom ternyata terbukti meningkatkan emisi karbon. Selain itu, yang terbaru teknologi AI, seperti ChatGPT ternyata mengeluarkan 8,4 ton karbon dioksida per tahun, jumlah ini setara dengan dua kali jumlah yang dikeluarkan oleh individu, yaitu 4 ton per tahun. Jadi harus pintar-pintar ya dalam menggunakan teknologi. Pakai seperlunya saja.


Nah, itu tadi fakta-fakta seputar jejak karbon serta tips-tips yang dapat dilakukan untuk menguranginya. Kalau kamu butuh info-info terbaru seputar lingkungan khususnya jejak karbon, jangan lupa kunjungi jejakkarbon.id.

#jejakkarbonku.id #iesr #generasienergibersih

 

Referensi

https://lindungihutan.com/blog/mengenal-apa-itu-jejak-karbon/

https://www.kompas.id/baca/humaniora/2023/03/02/emisi-karbon-dioksida-mencapai-rekor-tertinggi-pada-2022

https://databoks.katadata.co.id/datapublish/2023/02/16/suhu-permukaan-bumi-naik-089-derajat-celcius-pada-2022#:~:text=Suhu%20planet%20Bumi%20pada%20tahun,C%20dibanding%20masa%20pra%2Dindustri.



LINK ASLI ARTIKEL

#jejakkarbonku.id #iesr #generasienergibersih


Artikel Yang Berhubungan



Podcast



Video



Tags

Share

0 Komentar

 

© Copyright 2021, All right reserved by IESR


Loading ...