Emisi dari Pembelian Baju Baru untuk Perayaan Lebaran

Administrator
0 Comments
2024-04-05

Saat merayakan Hari Raya Idul Fitri, salah satu tradisi yang umum dilakukan adalah membeli baju baru. Namun, dalam proses pembelian ini, seringkali kita lupa untuk mempertimbangkan dampak lingkungan yang dihasilkan, salah satunya terkait dengan emisi karbon. Emisi karbon yang tinggi dari industri tekstil menjadi salah satu penyumbang besar terhadap perubahan iklim global. Mari kita coba telaah lebih lanjut terkait emisi saat membeli pakaian baru, termasuk saat merayakan Lebaran.


Saat ini terdapat dua mode pembelian baju yang umum digunakan, yaitu pembelian secara langsung di toko serta belanja online. Ketika membeli secara langsung di toko, kita dapat langsung melihat dan mencoba pakaian yang ingin dibeli di toko fisik. Hal ini memungkinkan kita untuk memeriksa kualitas dan ukurannya sesuai dengan yang kita perlukan. Namun, proses ini memerlukan perjalanan ke toko yang memakan waktu dan energi. Di sisi lain, membeli secara online menawarkan kenyamanan tanpa harus meninggalkan rumah, karena semua proses pembelian bisa dilakukan melalui internet. Namun, perlu diingat bahwa pengiriman barang bisa memakan waktu dan terkadang kualitasnya tidak sesuai dengan yang diharapkan. Kemudian, tanpa menghitung emisi dari proses produksi, bagaimana perbedaan emisi keduanya?


Dalam konteks belanja langsung ke toko (offline), emisi yang cukup signifikan dihasilkan dari sektor transportasi. Hal ini karena pembeli cenderung menggunakan kendaraan bermotor untuk pergi dan pulang dari toko. Penggunaan kendaraan bermotor ini berkontribusi pada penghasilan emisi, terutama jika menggunakan kendaraan pribadi. Selain itu, konsumsi energi di toko juga dapat menghasilkan emisi. Pencahayaan dan AC yang digunakan di dalam toko menggunakan energi listrik yang juga dapat meningkatkan emisi dalam belanja offline. Konsumsi energi dari toko fisik ini dapat menyumbang hingga 60% dari total emisi untuk penjual ritel tradisional.


Terdapat perbedaan signifikan antara emisi yang dihasilkan konsumen yang tinggal di daerah pedesaan dan perkotaan. Di daerah pedesaan, transportasi pribadi cenderung menjadi pilihan utama untuk belanja baju karena terbatasnya akses ke transportasi umum. Kendaraan pribadi yang seringkali menggunakan bahan bakar fosil dapat menyumbang emisi karbon yang signifikan, terutama jika jarak tempuhnya jauh. Selain itu, akses pusat perbelanjaan di pedesaan biasanya tidak banyak, sehingga kegiatan belanja sering memerlukan perjalanan jauh yang dapat memperbesar emisi transportasi secara keseluruhan. Sementara di perkotaan, transportasi publik lebih sering digunakan, dan akses ke pusat perbelanjaan cenderung lebih mudah. Namun, kepadatan populasi yang tinggi di perkotaan dapat menyebabkan permintaan energi yang tinggi untuk pemanasan, pendinginan, dan operasi bangunan di pusat perbelanjaan yang dapat menghasilkan emisi yang cukup besar. 


Untuk belanja online, penurunan emisi dapat langsung terlihat karena tidak adanya kebutuhan transportasi untuk mengunjungi toko. Emisi yang dihasilkan dari belanja online banyak berasal dari pengiriman barang ke alamat pelanggan, yang tentu akan berbeda sesuai dengan opsi pengirimannya. Misalnya, pengiriman instant yang khusus mengantar satu paket akan menghasilkan emisi yang lebih tinggi dibanding pengiriman biasa yang dikirim bersama dengan paket-paket lainnya. Proses pengemasan dan pengembalian barang yang tidak terjual juga membutuhkan energi dan menghasilkan emisi. Namun, total emisi ini seringkali tetap lebih rendah daripada emisi dari penggunaan kendaraan bermotor dan energi saat mengunjungi toko. 


Salah satu cara sederhana yang dapat mengurangi emisi karbon saat berbelanja online adalah dengan pembelian massal atau bulk purchase. Ini berarti membeli beberapa baju dari satu toko dalam satu waktu, daripada melakukan pembelian terpisah untuk setiap barang. Misalnya dalam konteks Lebaran, dapat dilakukan pembelian baju untuk kembaran dengan keluarga dari satu toko yang sama. Dengan demikian, pengiriman yang diperlukan digabung dalam satu paket, sehingga mengurangi jumlah perjalanan pengiriman kurir. Ini dapat membantu mengurangi jejak karbon dari transportasi serta meminimalkan konsumsi kemasan dan bahan lain yang diperlukan.


Sebagai ilustrasi, dari sektor transportasi sendiri, jika seorang kurir melakukan pengiriman ke 100 titik lokasi pengantaran dalam 1 kali rute perjalanan dengan total jarak 80 km, sehingga emisi karbon yang dihasilkan sekitar 0,07 kgCO2e per paket yang diantar. Jika dibandingkan dengan 1 konsumen yang harus menempuh perjalanan untuk berbelanja ke sebuah toko dengan rata-rata total jarak pulang-pergi 20 km, emisi karbon yang dihasilkan sekitar 1,9 kgCO2e, yaitu sekitar 25 kali lipat lebih banyak dari penggunaan kurir.


Kemudian, hal yang tak lepas dari pembelian baju baru adalah emisi yang dihasilkan oleh industri tekstil. Menurut UNFCCC (2018), industri tekstil menghasilkan sekitar 1.2 miliar ton CO2 setara, atau hampir 10% dari total emisi gas rumah kaca dunia. Emisi dari industri tekstil dapat berasal dari proses produksi yang membutuhkan energi dengan jumlah yang cukup besar (pewarnaan, pencelupan, dan perlakuan kimia lainnya) hingga transportasi bahan, kain dan pakaian ke dan dari titik produksi. Selain itu, limbah dari proses produksi juga dapat menjadi sumber emisi, terutama jika tidak dikelola dengan baik.


Sebagai alternatif, fenomena pembelian baju baru untuk lebaran bisa diganti dengan thrifting atau pembelian barang bekas. Kegiatan ini telah menjadi tren yang semakin populer dalam upaya mengurangi dampak lingkungan dari industri fashion. Selain harganya yang lebih murah, thrifting dapat memperpanjang umur pakai sebuah baju. Hal ini kemudian dapat mengurangi emisi yang dihasilkan dari proses produksi, transportasi, dan pembuangan akhir saat sebuah baju dibuat.


Alternatif lain yang dapat dipertimbangkan adalah menggunakan kembali pakaian yang sudah dimiliki. Dengan merawat dan memperbaharui pakaian yang sudah dimiliki, kita dapat memperpanjang umur pakai mereka dan mengurangi kebutuhan akan pembelian pakaian baru. Ini tidak hanya mengurangi emisi terkait dengan produksi baru, tetapi juga memberikan solusi yang ekonomis dan kreatif untuk mengurangi limbah tekstil. 


Dalam mempertimbangkan dampak emisi saat membeli baju baru selama perayaan Lebaran, penting bagi kita untuk memikirkan pilihan yang kita buat. Meskipun membeli baju baru mungkin merupakan tradisi yang menyenangkan, kita dapat memilih untuk membeli dengan bijaksana, mengutamakan bahan ramah lingkungan dan mempertimbangkan opsi seperti thrifting atau bahkan tidak membeli baju baru sama sekali. Dengan langkah-langkah kecil ini, kita dapat membantu mengurangi jejak karbon kita dan memberikan kontribusi positif terhadap lingkungan selama perayaan Lebaran ini.


Sumber Gambar : IniBalikPapan.com


Artikel Yang Berhubungan



Podcast



Video



Tags

Share

0 Komentar

 

© Copyright 2021, All right reserved by IESR


Loading ...