Cara Kerja Dari Bioetanol, Bahan Bakar Nabati Baru Dari Pemerintah

Administrator
0 Comments
2023-07-05

Pemerintah sedang mengenalkan bioetanol kepada masyarakat. Bahan bakar baru, yang diklaim ramah lingkungan dibandingkan dengan Pertamax karena terbuat dari bahan-bahan nabati, seperti jagung dan tebu. PT Pertamina rencananya bakal meluncurkan bahan bakar bioetanol pada bulan Juni ini.


Lalu apa itu bioetanol dan bagaimana cara kerjanya?

Tahapan pertama kita perlu memilih tanaman yang kaya akan karbohidrat sebagai bahan baku. Seperti jagung, tebu, sorgum, atau ubi kayu. Selalu pastikan kalau bahan baku yang akan dibuat dalam kondisi segar dan berkualitas baik. 


Kemudian proses pembuatan bioetanol dilakukan melalui beberapa tahapan, yaitu terdiri dari persiapan bahan baku, liquifikasi, fermentasi, destilasi dan dehidrasi. Pada langkah likuifikasi pati atau karbohidrat dihancurkan oleh enzim atau asam mineral menjadi karbohidrat yang lebih sederhana. Jika bahan baku yang digunakan buah-buahan mengandung gula, maka tidak perlu dilakukan hidrolisis.


Proses Fermentasi, atau konversi gula menjadi etanol dan karbon dioksida. Proses ini menentukan jumlah dan kadar bioetanol yang dihasilkan. Oleh karena itu proses fermentasi harus dikontrol agar dapat menghasilkan bioetanol dalam jumlah banyak dan berkadar tinggi.


Distilasi adalah proses untuk memisahkan bioetanol dari air. Sehingga diperoleh bioetanol dengan kadar 95 - 96%. Karena titik didih air berbeda dengan bioetanol, maka kedua komponen tersebut dapat dipisahkan melalui teknik distilasi.


Dehidrasi adalah proses untuk mengeringkan atau menghilangkan sisa air di dalam bioetanol sehingga tercapai bioetanol dengan kadar lebih dari 99,5% (Fuel Grade Ethanol atau FGE).


Bioetanol sebenarnya terbagi menjadi beberapa kadar. Misalnya kadar 90 - 94% disebut bioetanol tingkat industri, sedangkan bioetanol yang diperoleh berkadar 94-99,5% maka disebut dengan bioetanol tingkat netral. Biasanya bioetanol jenis ini banyak digunakan sebagai campuran minuman keras, dan yang terakhir adalah bioetanol tingkat bahan bakar.


Banyak manfaat yang bisa didapat ketika menggunakan bioetanol. Utamanya adalah mengurangi emisi gas rumah kaca dan polusi udara. Sehingga kita bisa mengejar target nol emisi dan tidak banyak meninggalkan jejak karbon. Sebab pembakaran bioetanol menghasilkan emisi karbon yang lebih rendah dibandingkan dengan bahan bakar fosil.


Penggunaan bioetanol sebagai bahan bakar kendaraan membantu diversifikasi sumber energi. Ketergantungan yang berlebihan pada bahan bakar fosil dapat dikurangi dengan menggunakan sumber energi terbarukan, seperti bioetanol. Ini juga membantu mengurangi risiko fluktuasi harga minyak bumi di pasar global. Selain itu dengan adanya bioetanol perekonomian lokal juga meningkat. Produksi bioetanol yang menggunakan bahan baku lokal seperti tebu, singkong, dan jagung, memberikan manfaat ekonomi bagi petani dan industri. Hal ini tentu dapat mendorong pertumbuhan ekonomi di daerah pedesaan dan mengurangi ketergantungan pada impor bahan bakar, dan masih banyak manfaat lainnya dari penggunaan bahan bakar bioetanol. 


Saat ini bukan hanya di Indonesia saja yang mendorong penggunaan bioetanol. Negara-negara lain seperti Amerika Serikat, Brazil, dan India juga mendorong penggunaan bahan bakar nabati ini. Berdasarkan data dari Statista pada tahun 2021, Amerika Serikat merupakan produsen bioetanol terbesar di dunia, dengan produksi sebesar 643 ribu barel setara minyak per hari. Kemudian disusul Brasil dan Indonesia menempati peringkat kedua dan ketiga, dengan produksi masing-masing 376 dan 140 ribu barel setara minyak per hari. 


Melihat Indonesia menempati urutan ketiga, menandakan banyaknya potensi bahan baku untuk pengolahan bioetanol. Khususnya untuk bahan baku tebu. Dalam hal ini PT Pertamina menjamin jika produksi produk baru BBM ini nantinya tidak akan mengganggu pasokan tebu untuk kebutuhan industri gula. Karena bioetanol yang akan mereka produksi berasal dari hasil molases (tetes tebu). Selain dari tebu, Indonesia juga masih memiliki potensi bahan baku yang cukup besar sebagai sumber bioetanol. Seperti singkong dan jagung. 


Meski demikian pemerintah juga perlu menyiapkan regulasi dan langkah antisipasi jika ada penolakan penggunaan bioetanol ini dari masyarakat. Melihat tidak semua negara berjalan mulus menerapkan regulasi penggunaan bioetanol seperti negara China, yang mendapat penolakan dari pengusaha lokal, ongkos produksi etanol yang tinggi, dan terbatasnya bahan baku. 



Artikel Yang Berhubungan



Podcast



Video



Tags

Share

0 Komentar

 

© Copyright 2021, All right reserved by IESR


Loading ...