Mobil Listrik Kena Kritik, Calon Presiden

Administrator
0 Comments
2023-05-17

Dalam pidato politiknya beberapa waktu lalu, bakal calon presiden Anies Baswedan kritik subsidi mobil listrik yang sekarang sedang dijalankan oleh pemerintahan Jokowi. Alternatifnya beliau menyarankan elektrifikasi fokus di kendaraan umum saja. Kritikannya itu sepertinya kurang tepat. Mari kita telaah bersama. 


Memang saat ini subsidi kendaraan listrik di Indonesia, masih terbilang rendah ketimbang negara-negara lain. Namun selain mobil listrik, pemerintah juga memberikan subsidi motor yang harganya jauh lebih murah dan masih terjangkau oleh masyarakat.


Elektrifikasi kendaraan umum harus berjalan bersama dengan kendaraan pribadi, saling melengkapi bukan spesifik satu aja. Apalagi kendaraan umum tidak menjangkau semua tempat, tidak sefleksibel kendaraan pribadi, yang bisa menjangkau semua tempat. Misalnya kamu ingin pergi ke kantor di komplek perkantoran Mega Kuningan. Kendaraan umum hanya berhenti di halte jalan utama, sedangkan dari halte kamu harus menggunakan kendaraan tambahan sampai komplek perkantoranmu. 


Memang pengisian daya kendaraan listrik yang membutuhkan waktu lebih lama dan SPKLU yang masih terbatas untuk saat ini. Namun jika ekosistemnya terus digenjot oleh pemerintah maka elektrifikasi kendaraan listrik bisa cepat tercapai. Karena biar bagaimanapun, penghentian terakhir dalam perjalanan terkadang masih membutuhkan kendaraan pribadi atau ride hailing. 


Karena program subsidi kendaraan listrik ini, bukanlah untuk gaya-gayaan menggunakan kendaraan futuristik dengan bahan bakar listrik. Namun untuk mendorong penetrasi kendaraan listrik sebagai program transisi energi. Sebagai kontribusi Indonesia terhadap komitmen nol emisi dunia. 


Sebelum pemerintah mengeluarkan kebijakan subsidi kendaraan listrik, sudah melewati tahap riset dan studi yang mendalam. Saat ini bukan hanya Indonesia yang memberlakukan subsidi kendaraan listrik. Banyak negara-negara di dunia yang juga melakukan kebijakan yang sama.


Elektrifikasi kendaraan memang harus dilakukan baik untuk kendaraan pribadi maupun transportasi publik karena sifatnya yg menghasilkan emisi lebih rendah daripada mesin bakar internal atau internal combustion engine. Hal ini berlaku meskipun saat ini listrik kita masih bersumber dari PLTU.


Saat ini, kendaraan listrik memiliki emisi lebih rendah per km dibandingkan kendaraan konvensional. Karena kunci utama dalam mengurangi emisi berasal dari sumber listrik yang dihasilkan. Dengan perpaduan pembangkit listrik saat ini (rata-rata nasional), kendaraan listrik roda dua (E2W) dan kendaraan listrik roda empat (E4W) biasanya mengeluarkan emisi 18% dan 25% lebih sedikit CO2 per km dari pada kendaraan konvensional. Langkah yang tepat tentunya mendorong adopsi kendaraan listrik yang nantinya didukung suplai listrik dari energi terbarukan 


Memang ekosistem yang ada di Indonesia untuk kendaraan listrik masih belum tercipta secara masif. Sebab Indonesia masih dalam tahap awal melakukan penetrasi kendaraan listrik. Sehingga ekosistemnya yang ada juga sedang dalam pengembangan. 


Membangun ekosistem kendaraan listrik memang membutuhkan waktu yang tidak sebentar. Negara Norwegia saja membutuhkan 25 tahun untuk melakukan transisi energi. Norwegia memiliki pangsa pasar kendaraan listrik tertinggi secara global (58%) dan negara yang dianggap berhasil membangun ekosistem yang kondusif bagi adopsi kendaraan listrik.


Kebijakan ini membuat ekosistem kendaraan listrik di Norwegia berkembang dan penetrasi kendaraan listrik selalu naik dari tahun ke tahun. Sejak tahun 1990, pemerintah Norwegia sudah mulai memberikan dana Research & Development untuk pengembangan teknologi kendaraan listrik serta insentif bagi pemilik kendaraan listrik. Sehingga berhasil memunculkan kendaraan listrik lokal bernama Think pada tahun 1994. Pada saat itu insentif yang diberikan berupa pembebasan pajak registrasi. 


Memang, saat ini harga mobil listrik 20% lebih tinggi dibandingkan mobil berbahan bakar fosil dengan tipe yang sama. Walaupun pemerintah sudah memberikan fasilitas PPNBM dan BBNKB. Namun tetap saja harganya masih belum terjangkau oleh masyarakat.


Studi yang pernah dikeluarkan oleh IESR (Institute for Essential Services Reform) tahun 2020 mengindikasikan kalau konsumen mobil di Indonesia lebih tertarik membeli mobil listrik. Namun dengan catatan, jika harganya minimal 0-15% dari harga mobil berbahan bakar fosil. Tentu saja, ditambah dengan aspek-aspek yang mendukung seperti ketersedian SPKLU dan diskon tarif charging. 


Banyak studi yang menyebutkan bahwa penetrasi kendaraan listrik dunia semakin meningkat. Karena tingginya kesadaran masyarakat dan subsidi yang diberikan pemerintah untuk melakukan adopsi kendaraan listrik. Seperti Laporan International Energy Agency atau IEA menunjukkan, ada lebih dari 26 juta unit mobil listrik yang beredar di jalan raya global pada 2022. Angka tersebut naik 60% dibandingkan tahun sebelumnya (year-on-year/yoy).


Juga riset Statista, menyatakan kenaikan penggunaan kendaraan umum terjadi sejak tahun 2016. Kenaikan tersebut terjadi di tipe mobil listrik plug-in hybrid hingga mobil listrik dengan baterai


Indonesia perlu belajar dari negara-negara yang sudah sukses melakukan penetrasi kendaraan listrik. Karena sebuah kebijakan tidak akan sukses jika tidak dilakukan secara konsisten. Jika setiap pergantian pemerintahan, selalu membuat kebijakan baru terlebih lagi untuk penetrasi kendaraan listrik, maka kapan Indonesia bisa mengejar target nol emisi secara global.



Artikel Yang Berhubungan



Podcast



Video



Tags

Share

0 Komentar

 

© Copyright 2021, All right reserved by IESR


Loading ...